Synopsis Ebi has never dated even once in his whole life. Now on his 30th birthday, he is determined to find a girlfriend, but he doesn't know how to do it at all. Cast Crew Details Genres Releases Cast Director Producers Executive Producer Writers Studio Language Genres Theatrical 04 Jun 2019 Indonesia13+ Indonesia 04 Jun 2019 Theatrical13+ Popular reviews More Jujur saja, saya agak menurunkan ekspektasi saya sebelum nonton ini. Saya tidak berani berekspektasi lebih, apalagi setelah melihat film Raditya Dika sebelumnya. Ditambah lagi saya suka sekali dengan film Single yang pada akhirnya saya merasa benar-benar puas nonton Single part 2 ini. Mengesampingkan semua aspek teknis yang ada di film ini, Raditya Dika kembali menunjukkan kalo tema asmara dan jomblo memang 'makanan' dia. Menurut saya, Radit cukup berhasil membuat sekuel yang sama levelnya dengan yang pertama. Lelah dedek lelaahhhh ... 😥😥😥Pengalaman nonton paling menyiksa lebaran ini. I should've known it since the first place, as Donny Dhrigantoro and Sunil Soraya for multiple times in charged as writers behind this another SIF gloosy looking just save your money for another movie! Satu bintang khusus untuk Annisa Rawles. Sepanjang nonton nggak sabar nunggu filmnya selesai. I hate so much aspect of this film. Dimulai dari durasi film ini yang kepanjangan akibat cara ngomong radit yang selow sekali. Second leadnya Angel, dia lebih bisa dianggap menyebalkan daripada misterius. Sure she have charm tapi disini lebih kelihatan bodoh dengan dialog yang kebanyakan nanya. Humor filmnya receh khas radit sekali dan momen ceritanya bisa dipukul rata dengn tensi yang tidak banyak berbeda. But... for some reason i do like "Single Part 2". Shot-shot dekat yang indah kepada pemainnya disertai kalimat yang bermakna terasa sangat nyaman ditelinga. Radit juga menunjukkan sebuah kedewasaan di film ini dengan tidak lagi mengeksploitasi tema "Jomblo" secara berlebihan. That's feel natural and i kinda like it. Radit is evolving. Plus +Angel Annisa Rawles cakep bangetGambar bagusMinus - Cerita membosankanAkting bbrpa pemain gak bangetRadit aktingnya gitu ajaMasih menunggu film idealisnya Raditapa karena udah fokus di Youtube makanya film2nya makin ke sini makin gak bagus? Meskipun formulaik, 'Single Part 2' menjadi ajang bagi Raditya Dika dalam mendewasakan diri. Cerita dan eksekusi yang lebih matang, semua elemen tampak 'kawin', juga dewasa dalam menyelesaikan masalahnya. Salah satu karya terbaik Raditya Dika sejauh ini. Aku suka nonton yang pertama. Ga begitu ingat alur rincinya, kurleb si Edi pada fase nrimo keadaan jomblonya apalagi dilangkahi adiknya. Aku nggak tau apa kakak laki yang dilangkahi adik laki sangat impactful? Merujuk ke kakak perempuan yang dilangkahi, jatuhnya lebih sakit secara selama 2 jam lebih kita diajak menyemangati Ebi biar nembak Angel yang merupakan friend zone-nya. Ebi selalu gagap dan gagu tiap mengucapkan isi hatinya padahal Angel juga ngarep. Sampai di sini naskah sudah terlalu aman sebab konflik hanya satu arah—Ebi. Nggak seperti Friend Zone Thailand yang bukan cuma angkat kegagapan dalam nembak, namun zona nyaman dalam berteman. Khas film Dika yang minim joke dan nggak begitu ngotot utk melawak, dibandingkan film-film Ernest. Kalau dikatakan positifnya,… Terasa bertele-tele dan bikin gemas ingin trim dialog dan adegan, film ini merupakan karya Dika yang paling komplet dari sisi konten dan teknis. Film ini mengupas dilema kesendirian Radit dengan pendekatan lebih dewasa. Dinamika hubungan Ebi dan Angel plus kehadiran Alika mewarnai film beriringan dengan bromance antara Ebi dan adiknya yang juga menjadi highlight dalam film ini Secara teknis, film tampil cantik sebagaimana biasanya film-film Soraya. Yang istimewa adalah seringnya shot-shot close up ke Annisa Rawles dan senyum Mentari Putri Novel yang benar-benar memanjakan mata 😍 Satu hal yang gue suka dari Single Part 2 adalah kedewasaan nya Radit disini yang terlihat sekali dari bagaimana Radit mengulik dan mengeksekusi kisah jomblo 30 tahunan dengan begitu baik, berbeda dengan cerita-cerita film Radit lainnya yang romance kekanak-kanakan parah. Sayang aja filmnya terlalu bertele-tele, durasi 2 jam 7 menit harusnya bisa dipangkas jadi 1 jam 20 menitan aja dan film ini terlalu krenyes alias garing, yang lucu sih ada tapi paling cuma 20% dari komedi nya yang ngena. Yang juara disini cinematography dan production design nya sih aseli bagus banget, Radit semakin handal, jeli dan teliti sebagai seorang sutradara yang memperhatikan sisi teknis serta visualnya dan sisi kedewasaan dalam bercerita nya dan juga musik yang ngisi film ini enak semua sih. Keliatan sih makin berumur, makin keliatan seberapa tua nya Radit dan semakin tumbuh dewasa pemikirannya Radit sih. Keliatan juga filmnya jadi lebih serius dalam bercerita meski masih bertele tele banget Basically *another* compilation of Raditya Dika's lazily-written jokes, conflicts, and characters about being single. Enough